Sabtu, 01 September 2012

Mengapa Saya Perlu Menikahimu ?

Mengapa Saya Perlu Menikahimu ?

Oleh: Zafaran

Ini yaitu kisah seorang pemuda tampan yang shalih saat memilih calon istri, kisah ini tidak dapat dipastikan fakta atau tidak, tetapi semoga pelajaran yang ada didalamnya bisa bermanfaat untuk kita semua, terlebih muslimah yang belum menikah semoga jadi renungan.

Ia amat tampan, taat ( shalih ), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya buat selekasnya menikah.

Mereka, orangtuanya, sudah mempunyai banyak proposal yang datang, dan dia sudah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, barangkali saja ada seseorang yang lain yang ada di pikirannya.

Tetapi setiap saat orangtuanya membawa seorang wanita ke tempat tinggal, pemuda itu senantiasa menyebutkan “dia tidaklah orangnya !”

Pemuda itu inginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik ( shalihah ). Satu malam, orangtuanya mengatur sesuatu pertemuan untuknya, buat bersua dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan buat bicara, dan saling bertanya pertanyaan satu sama selainnya, layaknya biasa.

Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu buat ajukan pertanyaan terlebih dulu.

Gadis itu bertanya banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia bertanya perihal kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, pola hidupnya, apa yang ia sukai, waktu lalunya, pengalamannya, apalagi ukuran sepatunya…

Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu sudah kian lebih satu jam, jadi jemu, dikarenakan ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan sesudah itu menghendaki pemuda itu, apakah ia pingin ajukan pertanyaan suatu hal padanya ?

Pemuda itu menyebutkan, baiklah, saya cuma mempunyai 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah cuma 3 pertanyaan, lemparkanlah.

Pemuda itu bertanya Pertanyaan Pertama :

Pemuda : siapakah yang sangat kamu cintai didunia ini, seseorang yang dicintai yang tak ada yang akan sempat mengalahkannya ?

Gadis : ini yaitu pertanyaan gampang, ibuku. ( tuturnya sembari tersenyum )

Pertanyaan ke-2

Pemuda : kamu sebut, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya ?


Gadis : ( mendegar itu wajah si gadis memerah dan malu ), saya belum tahu artinya sekalipun, namun saya mengharapkan selekasnya mengetahuinya insya allah, saya cuma sedikit repot.

Pertanyaan ke-3

Pemuda : saya sudah dilamar buat menikah, dengan gadis-gadis yang tambah lebih cantik dari pada dirimu, mengapa saya kudu menikahimu ?

Gadis : ( mendengar itu si gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah ), saya tidak mau menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku.

Dan selanjutnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak meraih kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda amat marah, dan menyebutkan “mengapa kamu buat marah gadis itu, keluarganya amat baik dan mengasyikkan, dan mereka relijius layaknya yang kamu kehendaki. Mengapa kamu ajukan pertanyaan ( layaknya itu ) pada gadis itu ? Beritahu kami !”.

1. Pemuda itu menyebutkan, pertama saya ajukan pertanyaan kepadanya, siapa yang sangat kamu cintai ? Dia menjawab, ibunya. ( orangtuanya menyebutkan, “apa yang salah dengan itu ?” ) pemuda itu menjawab, “tidaklah dikatakan muslim, sampai dia menyukai allah dan rasulnya ( shalallahu’alaihi wa sallam ) melebihi siapa saja didunia ini”. Bila seorang wanita menyukai allah dan nabi ( shalallahu’alaihi wa sallam ) kian lebih siapa saja, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan terus setia padaku, dikarenakan cinta itu, dan ketakutannya pada allah subhanahu wa ta’ala, dan kami akan sharing cinta ini, dikarenakan cinta ini yaitu yang semakin besar dari pada nafsu buat kecantikan.

2. Pemuda itu berkata, sesudah itu saya ajukan pertanyaan, kamu banyak membaca Al-Qur’an, peroleh kamu memberitahuku makna dari di antara surat ? Dan dia menyebutkan tidak, dikarenakan belum mempunyai waktu. Jadi saya pikir semua manusia itu mati, jika mereka yang mempunyai pengetahuan. Dia sudah hidup sepanjang 20 th. Dan tidak mendapatkan waktu buat melacak pengetahuan, mengapa saya kudu menikahi seorang wanita yang tidak tahu hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia sampaikan pada anak-anakku, jika bagaimana buat jadi lalai, dikarenakan wanita yaitu madrasah ( sekolah ) dan guru paling baik. Dan seorang wanita yang tidak mempunyai waktu buat allah, tak lagi mempunyai waktu buat suaminya.

3. Pertanyaan ketiga yang saya tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang sudah melamarku buat menikah, mengapa saya kudu memilihmu ? Itulah mengapa dia mengadu, marah. ( orangtua si pemuda menyebutkan bahwa itu yaitu perihal yang menyebalkan buat dikatakan, mengapa kamu lakukan perihal sejenis itu, kita kudu kembali menghendaki maaf ). Si pemuda menyebutkan bahwa nabi ( shalallahu’alaihi wa sallam ) menyebutkan “jangan marah, janganlah marah, janganlah marah”, saat ditanya bagaimana buat jadi shalih, dikarenakan kemarahan yaitu datangnya dari setan. Bila seorang wanita tidak bisa mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia jumpai, apakah kalian pikir dia bakal dapat mengontrol amarah terhadap suaminya ? ?

Pelajaran akhlak dari kisah tersebut yaitu, pernikahan menurut :

• ilmu, tidak cuma tampilan ( kecantikan )

• amal, tidak cuma berceramah atau tidak cuma membaca

• mudah memaafkan, tidak gampang marah

• ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan hanya nafsu

Dan pilih pasangan yang semestinya :

• mencitai allah kian lebih segalanya

• mencintai rasulullah ( shalallahu ‘alai wa sallam ) melebihi manusia manapun

• memiliki pengetahuan islam, dan beramal/berbuat cocok itu.

• dapat mengontrol kemarahan

• dan gampang diajak bermusyawarah, dan semua perihal yang cocok dengan ketetapan syari’at islam.

Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir”. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar