Rabu, 29 Agustus 2012

Kisah Jeritan Muslimah

Kisah Jeritan Muslimah

Inilah sesuatu kisah saat satu teriakan seorang muslimah dapat membangkitkan ghirah sepasukan tentara muslim buat mengembalikannya pada posisi dan kehormatan awal mulanya.

Diriwayatkan oleh ibnu hisyam tentang peristiwa ini, bahwa seorang wanita arab pergi ke bani qainuqa’ dengan membawa sebuah barang yang hendak di jual di pasar itu. Kemudian ia duduk di sana, di sebelah tukang sepuh. Mereka mengingingkan darinya agar dia mau membuka wajahnya dan ia menolak. Seketika si tukang sepuh langsung mengikatkan ujung pakaian wanita muslimah tadi dengan punggungnya. Sehingga ketika si wanita muslimah berdiri, terbukalah auratnya. Mereka pun tertawa girang dan menjeritlah wanita itu. Mengetahui hal ini dengan cepat seorang muslim mendekat dan membunuh tukang sepuh itu (rupanya dia seorang yahudi). Adegan berikutnya, teman-teman si yahudi balas mengeroyok dan membunuh si pemuda muslim. Maka bangkitlah emosi kaum muslimin dan terjadilah ketegangan yang menyulut peperangan dengan bani qainuqa’ (sirah nabawiyah, ibnu hisyam 2/47).

Rasulullah mempersiapkan pasukan buat memberi pelajar pada mereka dan berakhir dengan pengusiran bani qainuqa dari madinah.

Sesuatu teriakan yang dikumandangkan oleh seorang wanita bisa membuka sekian telinga, sekian jantung yang masih berdetak, yang didalamnya mengalir darah menyatu dengan ghirah dan wibawanya. Jeritan yang membangkitkan para rijal ( lelaki ) sejati. Tertanamlah didalam jiwa kaum muslimin pembelaan terhadap kehormatan.

Sejak detik itu, wanita terpelihara kehormatannya, didengarkan jeritannya. Tiap-tiap mereka jadi bahwa wanita yaitu kehormatan, meskipun tiada jalinan dengannya jika hubungan aqidah islam.

Mu’tashim ( salah seorang khalifah daulah abasiyah ), saat mendengar seorang wanita dianiaya dan dihina kehormatannya menjerit “wa mu’tashima” ( tolonglah, hai mu’tashim ), tersentaklah hatinya oleh rintihan itu, bergolak darah di jantungnya. Ia mulai mempersiapkan perlengkapan dan mengirim pasukan dari istana kekhalifahan menuju area teriakan bergema itu buat memberi pelajaran pada musuh dan mengembalikan eksistensi dan kehormatan wanita itu. Mu’tashim dan pasukannya baru kembali sesudah berhasil menuntaskan seluruhnya.

Tetapi saat ini, berapakah banyak jeritan yang menggema dan membentur dinding-dinding bisu pemerintahan atau menghilang demikian saja. Jeritan muslimah kita di beraneka belahan dunia ini menggema tanpa ada yang hiraukan. Sungguh sudah mati terkubur kejayaan generasi pertama, sudah tiada generasi mu’tashim dan hilang pula motivasi dan wibawa mu’tashim.

Jeritan wanita muslimah tak akan bergema, tak ada ghirah ( motivasi ) yang tersentak, darah yang begolak. Apabila jeritan-jeritan itu membentur dinding gunung, pastilah ia tergetar. Tetapi nyatanya ia cuma memanggil para lelaki yang hati mereka sudah membatu, apalagi lebih keras. Tersembunyi kejantanan mereka, tiada mereka perlihatkan nyali mereka jika pada saudara sendiri. Innalillahi wa inna ilaihi rajiu’un.

Oleh: Abdul Hamid Jasim Al Bilali dalam Waqafat Tarbawiyyah Fii Assiratin Nabawiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar